Skip to main content

Kesaktian Desa || antara Aku & Desaku || Literasi



Mempertahankan kesaktian desa,
Dengan membangun budaya literasi sebagai perwujudan
Masyarakat yang berkarakter Nasionalis, Demokratis dan Agamis.
Oleh: M.Zamharil AR
Sebagai putra daerah, tentunya membangun desa yang idaman sudah menjadi sebuah keharusan, akan tetapi membuat sebuah perubahan tidak hanya di cukupkan dengan niat dan logika saja, perlu strategi yang mapan serta keterlibatan masyarakat local beserta pemerintah desa tersebut. Desa sendiri merupakan salah satu bagian administratif yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan urusan terkait dengan pemerintahan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai sistem administrasi di bawah keluharan, peran perangkat desa seperti kepala desa maupun sekretaris  desa sangatlah penting. Oleh karena itu, dinamika social,politik,ekonomi serta adat istiadat di tingkat desa dalam memilih pimpinan sudah sepantasnya diberikan perhatian dalam diskusi-diskusi ilmiah yang matang. Tidak luput dari itu, peranan keikut sertaan pemuda pemudi desa juga menumpuhi peran besar, karna pemuda lah agen perubahan dalam sebuah dinamika. Hal inilah yang nantinya akan menangkal terjadinya gejolak perusakan desa dari sistem politik berkepentingan.

Otonomi besar besaran sudah di suarakan oleh pemerintah kenegaraan, dikumandangkan dengan lantang agar lebih mengangkat ruang ruang kehidupan masyarakat desa. Akan tetapi hingga saat ini belum terealisasikan juga. Wewenang masyarakat untuk mengolah, memberdayakan belum juga di dapatakan secara maksimal. Seharusnya pemerintahan memberikan keluasan kepada masyarakat pedesaan untuk memajukan potensi dan memanajemen sember alamnya sendiri, jika di bandingkan dengan kota besar, masyarakat desa lebih higenis dan kemurnihan alamnya lebih terjamin, segala sesuatu yang berbau pelengkap kota dasarnya dari desa semua, dan kita harus mengamini hal itu.

Selama ini desa belum menjadi kewajiban utama pemerintah dalam membangun objek perkembangan bangsa, melainkan hanya sebagai ajang kepentingan saja, baik dari segi politik, ekonomi dan kekuasaan, semua serba bau busuk kepentingan belaka. Pemerintah dengan enaknya membebani nasip kaum desa dengan memperbesar industrialisasi, mendirikan banguan industri atau pabrik tanpa harus meminta pertimbangan kepada masyarakat sekitar. Hal inilah yang sudah merusak kearifan local dan kesejahteraan masyarakat desa, nelayan, petani, pedagang kecil, mereka adalah sasaran utama industrialisasi desa.walaupun terkadang warga sekitar mendapat peranan dalam industry tersebut, akan tetapi secara tidak sadar pemikiran mereka sudah di kapitalisasikan dengan materi, tanpa berfikir panjang efek dari itu semua, seperti limbah, polusi serta pembunuh ekonomi kelas kecil di sekitar.

“Makna praktis industrialisasi adalah memajukan tenaga produktif menjadi lebih modern, dapat diakses secara massal, dan tinggi kualitas. Tanpa kemajuan tenaga produktif, negeri ini tidak akan punya ketahanan ekonomi menghadapi gempuran neo-liberalisme. Tanpa ketahanan ekonomi, kedaulatan negeri ini - terutama kedaulatan rakyatnya - berhenti sebatas cita-cita.”

Dari sedikit gambaran tersebut kita tau bahwa peranan perangkat desa sangatlah di perlukan dalam menjalani tupoksi serta menjaga kesejahteraan rakyatnya. Memimpin sebuah desa tidak diperlukan basic pendidikan yang tinggi. Kecakapan dan kemampuan memimpin saja sudah cukup. Aparat desa harus mampu menempatkan diri sebagai seorang  pamomong bagi masyarakatnya, tidak berdiri di satu pihak saja. Bahkan seseorang  yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama, sah-sah saja untuk menjadi Kepala Desa dan juga perangkat desa lainnya, bila mampu mengemban jabatan tersebut.
Pemimpin desa walaupun diberi keleluasaan menentukan arah pembangunan desanya, namun pemerintah tidak boleh membiarkan desa itu berdiri sendiri dan dibiarkan tetapi bagaimana pemerintah kabupaten kota memberikan upayanya dibantu pemerintah propinsi untuk memberi perhatian kepada desa sampai mereka bisa mengelola potensinya sendiri karena hal ini selanjutnya untuk kemakmuran masyarakat desa sendiri. Walaupun membangun desa memang bukan pekerjaan mudah, karena roh yang dimiliki sebuah desa jangan sampai hilang dan harus dipertahankan. Karena pengembangan desa tidak hanya sebuah jenjang pemerintahan semata, tetapi merupakan sekelompok kegiatan masyarakat yang unik untuk berusaha mengatur diri sendiri dengan perhatian dan pengawasan dari pemerintah daerah.
Nasip desa sendiri berada di tangan para warga desa itu sendiri, bagaimana penyikapan dan gerakan putaran yang di lakukan bersama, walaupun pemimpin juga memiliki peran besar, akan tetapi pemimpin Tanpa masyarakat, dia bukanlan seorang pemimpin. Oleh karna itu, penyikapan supaya kesaktian desa tetap utuh, maka perlu ruang ruang pendidikan, nilai gotong royong serta moral yang baik, dan yang paling berperan besar di ruang tersebut adalah budaya berfikir baik, kajian ilmiah dan solidaritas antar umat, melalui pendidikan dan pelatihan kararter pemuda daerah.
MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DENGAN KEDEKATAN KULTUR DESA
Setiap lapisan masyarakat memiliki keragaman budaya, budaya itu berasal dari kata buddhi yang berarti akal, budaya masyarakat yang ada, dibentuk karena kebiasaan (kecerdasan/akal) dan fasilitas alam yang tersedia sebagai sumber kehidupan. Budaya masyarakat merupakan beradapan turun temurun yang tidak lepas dari ilmu pengetahuan.  Budaya itu adalah sebuah proses berfikir, yang dipengaruhi oleh agama(keyakinan hati), politik (aturan), bahasa (komunikasi), pakaian (perlindungan diri), bangunan (karya), seni (rasa). Budaya itu juga merupakan hasil karya, cipta dan rasa yang dimiliki manusia.
Literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca, budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. Membudayakan atau membiasakan untuk membaca, menulis itu perlu proses jika memang dalam suatu kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang belum ada atau belum terbentuk.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan budaya literasi di masyarakat desa, seperti pendekatan akses, kemudahan akses, menyentuh, menyenangkan, serta berkelanjutan. Namun sebenarnya tidak hanya itu, karna setiap lapisan masyarakat memiliki karkteristik yang berbeda, jadi pendekatan literasinya pun berbeda, harus di sesuaikan.tidak hanya soal fasilitas, tetapi juga nilai pendekatan kepada manusianya itu sendiri, apa lagi masyarakat desa, perlu contoh dan gambarang gamblang ketika ada hal baru, juga cara bersosialisasi kita dalam bentuk komunikasi yang baik dan sehat, bias juga di mulai dari perangkat desa yang member contoh, setelah itu baru di komunikasikan.
Mencerdaskan bangsa adalah tugas pemerintah, itu benar sekali, akan tetapi apa salahnya jika kita mendahului pemerintah dalam hal ini, mencerdaskan bangsa hanya akan menjadi omong kosong jika masyarakat belum cerdas sama sekali, sebegitu mudahnya kan ? bagi saya, sasaran mencerdaskan bangsa di wilayah pedesaan adalah para pemuda dan siswa siswi sekolah, tapi untuk siswa sekolah sendiri akan merasa malas untuk membaca karna di sibukkan dengan PR dari bapak ibu guru, belum kegiatan sekolah yang menyita waktu mereka. Sedangkan untuk pemuda desa sendiri akan merasa malas dengan literasi karna merasa harga buku lebih mahal dari kebutuhan mereka, sedang fasilitas desa juga tidak ada.


STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA LITERASI DI DESA
Beberapa strategi yang mampu di bangun oleh pemerintah desa demi membangun budaya literasi, ini adalah tanggung jawab bersama bagi kaum kaum intelektual sebagai garis terdepan dalam proses ini.
1.       Kenali budaya/ kebiasaan masyarakat lokal (tradisi/kebiasaan)
2.       Kenali tokoh masyarakat (memiliki pengaruh/kepala suku/pemuka agama/kepala desa)
3.       Kenali fasilitas yang ada di masyarakat, (fasilitas umum)
4.       Kenali alam dan kondisi lingkungan (alam, geografis, lingkungan, potensi)
5.       Kenali kearifan lokal  (petuah, aturan)

Lakukan pendekatan secara bertahap dengan berbagai cara diantaranya :
1.       Sosialiasi : penyampaian niatan serta menyadarkan masyarakat sekitar demi kecerdasan bersama, sehinggal menjadi masyarakat yang aktif.
2.       Partisipasi : keterlibatan masyarakat secara aktif di setiap kegiatan, termasuk kemungkinan menjadi donatur bagi keberlangsungan pembangunan gedung perpustakaan atau Taman Belajar Masyarakat (TBM).
3.      kedekatan emosional: menjalin keakraban antar masyarakat dan tokoh masyarakat, tidak saja untuk sosialisasi tapi untuk kepeluan lainnya, memahami karakter masyarakat, mendapatkan dana, dan mendapatkan dukungan, banyak yang bisa dilakukan saat silaturahmi demi meningkatkan kedekatan emosinal antar warga sekitar.
4.   perwujudan program : membangun sebuah fasilitas penunjang literasi, sebagi ruang baca baru bagi masyarakat, ruang diskusi dan agenda agenda pemuda desa. Jika banguan sudah ada maka antusiasme warga akan muncul dan sadar akan pentingnyas budaya literasi.


Membentuk kakarter desa melalui gerakan literasi merupakan hal yang paling logis, karna dalam literasi kesadaran pentingnya membaca akan muncul, literasi akan menyadarkan bahwa ilmu dan pengetahuan adalah hal yang penting bagi setiap lapisan masyarakat bahkan sekelas masyarakat desa. Kemajuan jaman semakin berkembang, otak dan logika pun harus pula berkembang pesat supaya mental dan karakter desa tidak tergerus nasip yang kosong. Membudayakan membaca memang bukan hal yang mudah, tapi perubahan dalam diri manusia selalu ada, maka lakukan selagi nafas masih nyata.

“jangan paksa masyarakat membaca jika itu belum menjadi budaya.keterlibatan budaya mereka dengan baik, perlahan tapi pasti menyadarkan masyarakat, membaca bukan hal mudah, tapi kemudahan akan muncul dengan kebiasaan dan komunikasi yang baik,
jika buku adalah jendela dunia, maka perpustakaan adalah rumahnya.”

Budaya literasi untuk membentuk karakter desa akan membantu proses dinamika desa lebih baik dan berkembang, keseimbangan moral akan terwujud. Keutuhan nasionalisme dan nilai demokrasi akan tumbuh dengan sendirinya melalui proses tersebut.
Maka keikut sertaan serta ketegasan pemerintah desa sangatlah di perlukan, karana mereka lah yang memegang palu kekuasaan, jangan sampai di ketok seenaknya, tapi atas dasar kebersamaan serta menjunjung tinggi keutuhan bersama.

“Mari bersama-sama kita wujudkan desa idaman yang utuh akan nilai-nilai budaya, supaya desa tetap menjadi sector utama dalam mempertahankan karakter bangsa, wajudkan literasi, cerdaskan desa sehingga senantiasa menjadi pelopor dan membina kehidupan bangsa.”
(Catatan Si Doel)









Comments

Popular posts from this blog

Makanan dan Minuman Desa Paciran Yang Terkenal

Makanan dan Minuman desa Paciran  Yang Terkenal - Paciran merupakan sebuah desa di kabupaten Lamongan di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara geografisnya Desa Paciran ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Panceng Gresik, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Solokuro dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Brondong, desa Paciran ini bisa di katakan sentra pariwisata dari kabupaten Lamongan, karena di daerah ini terdapat banyak objek pariwisata. Anda bisa lihat threadnya tentang objek pariwisata di daerah Lamongan   disini , sesuai dengan judul diatas thread ini membahas tentang Paciran Yang Terkenal dengan Makanan dan Minuman Khas Paciran. Mengenai makanan dan minuman khas yang ada di desa Paciran ini, yang sudah di kenal meluas di sepanjang daerah Pantura  adalah Legen, Enthal (siwalan), Dawet Enthal dan Jumbrek. Selain itu ada yang lebih khas yaitu Gulo Jowo Asli yang unsurnya terbua...

Cukup Mendapat Sinar Matahari

Hey... boleh minta waktunya, Bila tidak keberatan aku akan menuliskannya. Bila keberatan kau boleh ambil gerobak lalu coba kau dorong saja beban mu itu. Sudah baca saja dan lagi anda harus membacanya sendiri, membaca tulisan ini tidak boleh diwakilkan. Kali ini aku menulis tentang pembentukan dasar dasar kebahagiaan, dan itu dimulai dari membahas soal Cinta. Cinta tak lebih seperti sebatang Rokok, jika kau kata aku berlebihan perihal cinta, semua itu disebabkan karena cintalah yang membangun semuanya dari dasar. Sementara Rokok ia tidak berdaya manfaat jika tidak ada api, pertanyaannya, apa kau bisa merokok tanpa api?. lantas apa kau bisa mencintai jika tanpa api?. Rokok... mau merokok lagi, buang, buang saja, lagipula sumber api pusatnya nun jauh di negeri Api. Mungkin belum tuntas kau berjalan sampai di negeri Api, hayalanmu untuk menghisap rokok dengan syahdu nan nikmat tiada tara bisa jadi hanya tinggal hayalan, dan Rokok mu bisa jadi pula telah tinggal kenangan kisa...

Dilema Nelayan Tradisional

Dahulu nelayan rajungan di desa ku masih memakai jaring Brentek, jaring Brentek ini adalah jaring khusus untuk menangkap rajungan, meskipun khusus untuk menangkap rajungan sering kali ikan Pari, cumi-cumi, dan ikan lainnya juga ikut kena jaring Brentek ini, meskipun yang di harapkan mendapat Rajungan dan yang paling membahagiakan adalah ketika mendapatkan ikan mermang (Hiu) maklum saja harga sirip ikan hiu sangat mahal bisa sampai jutaan rupiah. Para nelayan akan berangkat siang hari untuk memasang jaring di tengah lautan, (ya iyalah masak masang jaring Brentek di depan gerbang asrama putri, iya kalau yang kecantol itu santriwati, lah kalau yang menyerang wak kaji bisa-bisa di sunat lagi sama wak kaji. subkhanawwoh! :-) ) jaring yang sudah di pasang di tengah lautan itu akan di tinggal untuk di tarik kembali keesokan harinya sudah barang tentu ada penanda pada jaring berupa bendera dari plastik kresek berwarna terang di ikatkan pada bambu dengan pelampung dan ada pemberat batu ...