Dalam malam yang sunyi, aku menolak hadirnya cahaya mentari pagi. Mengolah kebahagiaan sepi pada deretan lampu jalan raya. Berlomba-lomba dengan suara dengungan sayap nyamuk yang tak pernah jemu-jemu menghisap darah. Si begal pori-pori tak pernah tuntas sebelum lambung terisi penuh. Ketika purna tugas penghidupannya. Ia akan dengan bangga mengelus lembut perut buncitnya. lambang kemerdekaan yang serak. Di jalan kesendirian yang tersudut pantulan cahaya temaram. Terkadang diri takut bersanding mesra dengan hamparan awan yang bertabur kilau mutiara, meski berbuah kemegahan yang semu. Jiwa mati berharap di ijinkan melangkahkan kaki pada jalan yang berlumpur. Menyelami setiap gugusan keringat yang tumpah di jala para nelayan. Menghampiri pelukan hangat kampung halaman. Menebus dahaga dengan mata terbuka. Cahaya lampu malam dengan cepat bisa ku genggam sendirian, Namun silau matahari yang jauh di pandangan ingin sekali menggapai bersama-sama. Hinaan bercampur fitnah menjadi sa...