Pada mulanya kacang farmasi ini kurang populer pada masa saya masih bedugal dulu karena masih kalah karisma dengan alkohol, namun seiring perkembangan jaman dan stigma masyarakat yang mencap orang yang mabuk alkohol di anggap tidak sopan dan melanggar norma-norma agama. Kemudian muncullah generasi anak muda yang enggan terbang dengan alkohol karena berbagai faktor yang mudah di tebak oleh masyarakat pada umumnya kalau lagi teler.
Dexrometorphan atau anak sini bilang destro (biasa di gunakan untuk campuran obat batuk.) kacang farmasi ini pada awalnya begitu populer karena harganya yang murah dengan hanya mengeluarkan uang Rp 5000 saja sudah dapat 20 butir, saat kebanyakan anak muda pada menggunakan kacang jenis ini timbul beberapa efek samping yang menakutkan seperti Over Dosis. Pelan namun pasti jenis kacang destro ini mulai di tinggalkan dan seperti tidak pernah kehabisan kreativitas untuk teler. anak-anak muda ini menemukan dewa penolong yang lain dan dewa ini punya nama yang keren mirip nama band yang di idolakan. Nama dewa itu Zenith (obat untuk tulang) jenis kacang yang satu ini dengan cepat naik daun tentunya dengan bahasa iklan anak muda yang menginspirasi dan menggugah semangat jiwa mudanya. Meskipun harganya lebih mahal dari destro to kacang jenis yang satu ini laris manis bak gorengan yang di jual di pinggir jalan.
Pada awalnya kacang ini dijual kepada ABK Nelayan sebagai stimulan sehingga mereka bisa tetap bekerja seperti biasa, namun seiring perkembangan jaman kacang ini dengan cepat beralih kepada anak muda yang depresi, dengan dalih sebagai pelarian sementara dari tekanan sosial dan ekonomi. Dan semalam saat saya sedang ngopi dengan teman yang kebetulan seorang guru, teman yang berprofesi sebagai guru ini merasa kawatir dengan murid-murid putrinya alasan dia kawatir karena dua minggu yang lalu dia mendapatkan informasi yang menyatakan dari 10 anak prempuan di Blimbing dan Brondong hanya 2 yang tidak memakai pilkoplo, kemudian dia bertanya kepada saya "apakah anak perempuan Paciran ada yang seperti itu?" "Ada beberapa" mendengar jawaban saya yang seperti itu dia seakan tidak percaya. Teman saya yang berprofesi sebagai guru masih menganggap bahwa teler itu dominasi para laki-laki. Kebetulan saat itu saya satu meja dengan kawan akrab. dia menambahkan resensi pada kami berdua, berceritalah dia pada kami berdua "jika para bandar itu tidak sedang ada di rumah, dan kebetulan ada yang orang yang mau beli maka yang melayani pembeli itu bisa istrinya, ibunya, atau anaknya yang masih kecil." Kami berdua melongo mendengar cerita itu seakan tidak percaya. Dulu pernah sesekali nganter teman beli kacang itu namun belum pernah melihat teman yang dilayani kacang sama perempuan atau anak kecil.
Perang narkoba adalah perang dengan cara berpikir anak muda, perang dengan budaya konsumtif, dan perang dengan mafia aparatnya.
Salam.