Skip to main content

Tertipu Rindu Yang Datang Tak Terencana


Dalam malam yang sunyi, aku menolak hadirnya cahaya mentari pagi. Mengolah kebahagiaan sepi pada deretan lampu jalan raya. Berlomba-lomba dengan suara dengungan sayap nyamuk yang tak pernah jemu-jemu menghisap darah. Si begal pori-pori tak pernah tuntas sebelum lambung terisi penuh. Ketika purna tugas penghidupannya. Ia akan dengan bangga mengelus lembut perut buncitnya.  lambang kemerdekaan yang serak.


Di jalan kesendirian yang tersudut pantulan cahaya temaram. Terkadang diri takut bersanding mesra dengan hamparan awan yang bertabur kilau mutiara, meski berbuah kemegahan yang semu. Jiwa mati berharap di ijinkan melangkahkan kaki pada jalan yang berlumpur. Menyelami setiap gugusan keringat yang tumpah di jala para nelayan. Menghampiri pelukan hangat kampung halaman. Menebus dahaga dengan mata terbuka.


Cahaya lampu malam dengan cepat bisa ku genggam sendirian, Namun silau matahari yang jauh di pandangan ingin sekali menggapai bersama-sama. Hinaan bercampur fitnah menjadi satu menampar goresan luka lama yang terpendam. Jeritan dendam yang menyala berseloroh halus dengan membisu dan menghilang. Tetes air hujan kembali hadir menepuk kesabaran.


Langkah kaki terdiam dengan bibir merah merekah, menunduk tersipu malu melanjutkan langkah kaki seakan melayang tak meninggalkan jejak suara. Seketika ulangan setiap adegan demi adegan muncul memberikan gambaran detail peristiwa, lukisan mata terulang pertama, disusul goresan merah merona, seperti lambung terendam kopi, setiap bayangan menambah tusukan nyeri kerinduan.


Menepis tuntas hikayat keindahan kuno. Berkumur buih ketenangan. berkembang menjadi bayang-bayang. Bintang yang bersinar dengan bijak menyampaikan berita lara. Sinar mentari tak pernah ingkar, ia hadir dengan pongah. Mencukur aura kelam dengan tajam. Angin laut menepi tak kuasa menahan panas daratan. Aku masih di sini menikmati kesendirian. Menggadaikan martabat sembari latihan menjadi budak layanan media sosial.


Salam.

Paciran. 1 juli.

Popular posts from this blog

BAKUL TAHU SEBELAH TUKANG BAKSO

"Paduka tuan Raja Sulap dari segala Sulap, Aku ingin berkulit putih dan didekati banyak wanita." Begitulah kiranya permohonan Insan yang sudah tak kuasa menahan laju waktu yang dampaknya begitu menyeramkan bagi bujang lapuk, dia juga nekat menambahi usulan itu supaya cepat dilaksanakan, sementara dalam hatinya sungguh-sungguh mengharapkan agar usulan itu cepat terkabulkan. Tak kalah akal sang Raja Sulap memang mengabulkan usul yang jarang muncul ke permukaan terlebih usul itu terjadi di Pendopo kerajaan, Usulan penduduk untuk mempunyai kulit putih dan banyak didekati wanita itu dikabulkan oleh sang Raja, namun salah satu rakyat Raja itu tidak menyadari tiba waktu keesokan hari, ketika perubahan wujudnya tak lebih dari balok kubus dengan tekstur kenyal namun rapuh, Struktur wujudnya telah berubah jadi "TAHU" dia tidak menyangka kalau Baginda Raja Sulap juga bisa bercanda dengan sangat keterlaluan. Barangkali kalian sudah pernah membaca kisah diatas, ya, mau ba...

Geliat Kacang Farmasi Di Pesisir Utara Lamongan.

Pada mulanya kacang farmasi ini kurang populer pada masa saya masih bedugal dulu karena masih kalah karisma dengan alkohol, namun seiring perkembangan jaman dan stigma masyarakat yang mencap orang yang mabuk alkohol di anggap tidak sopan dan melanggar norma-norma agama. Kemudian muncullah generasi anak muda yang enggan terbang dengan alkohol karena berbagai faktor yang mudah di tebak oleh masyarakat pada umumnya kalau lagi teler. Dexrometorphan atau anak sini bilang destro (biasa di gunakan untuk campuran obat batuk.) kacang farmasi ini pada awalnya begitu populer karena harganya yang murah dengan hanya mengeluarkan uang Rp 5000 saja sudah dapat 20 butir, saat kebanyakan anak muda pada menggunakan kacang jenis ini timbul beberapa efek samping yang menakutkan seperti Over Dosis. Pelan namun pasti jenis kacang destro ini mulai di tinggalkan dan seperti tidak pernah kehabisan kreativitas untuk teler. anak-anak muda ini menemukan dewa penolong yang lain dan dewa ini punya nama...

Kesaktian Desa || antara Aku & Desaku || Literasi

Mempertahankan kesaktian desa, Dengan membangun budaya literasi sebagai perwujudan Masyarakat yang berkarakter N asionalis, D emokratis dan A gamis. Oleh: M.Zamharil AR Sebagai putra daerah, tentunya membangun desa yang idaman sudah menjadi sebuah keharusan, akan tetapi membuat sebuah perubahan tidak hanya di cukupkan dengan niat dan logika saja, perlu strategi yang mapan serta keterlibatan masyarakat local beserta pemerintah desa tersebut. Desa sendiri merupakan salah satu bagian administratif yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan urusan terkait dengan pemerintahan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai sistem administrasi di bawah keluharan, peran p...