Skip to main content

AADC Ada Apa Dengan Ciran ? II Aku & Desaku II Ngopi Dulu







Tidak akan ada yang namanya kota apabila tidak ada desa. Apa yang terjadi pada masyarakat desa paciran saat ini ? apa tugas, pokok, fungsi dan peranan kita terhadap desa ini ? tenang saja, ini hanyalah obrolan warung kopi seperti biasa yang tidak akan berakhir di angan dan mimpi saja. Saatnya berbenah diri, merangkul yang kedinginan, beranjak dari yang kesepian.”

            Kecamatan paciran, merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten lamongan propinsi jawa timur, kecamatan paciran ini berada di wilayah PANTURA(Pantai Utara), belahan utara ibu kota kabupaten lamongan, dengan jarak -+ 43 km dari pusat kota. Kecamatan paciran terdiri dari 16 desa 1 kelurahan, 34 dusun, 95 Rw, 379 Rt. Luas wilayah paciran mencapai -+ 61,306 Km2 dan berada pada ketinggian -+ 2 M di atas permukaan laut. -+ 43 km dari pusat kota, itulah mungkin kenapa desaku ini kurang terjamah oleh pusat, bahkan ada beberapa selentingan ucapan yang beredar di kuping masyarakat, paciran ini seakan di anak tirikan, atau bisa saja paciran ini adalah desa yang tertukar ? bisa saja.  setelah focus mewarnai dunia pariwisata, sekarang pemerintah pusat sedang di sibukkan dengan program reboisasi industri, bukan lagi reboisasi tanaman, kemungkinan bagi mereka program reboisasi tanaman adalah hal yang sudah mainstream, jadi mereka memilih menanam tanaman mati.
            Di dalam era modern yang penuh dengan persaingan global, kini persaingan dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur yang baik dan merata menjadi fokus utama di hampir semua negara. Hal ini penting sebagai salah satu cara yang cukup efektif dalam menarik investor ke negara mereka, di samping penataan birokrasi dan manajemen keuangan daerah. Indonesia juga kini mulai giat gencar melakukan pembangunan infrastruktur yang tidak sesuai dengan porsinya. Pemerindah juga memiliki wewenang dalam proses pembangunan disertai pengawasan, dan yang kini menjadi sasaran hangat adalah desa, Kenapa harus desa? Hal ini memang tidak lepas dengan logika sederhana dalam kajian fakta bahwa desa seringkali tertinggal dalam berbagai aspek pembangunan jika dibandingkan dengan kota
            Membicarakan sistem birokrasi di Indonesia, khususnya di lamongan, hanya akan buang buang waktu dan tenaga saja, kita cukup menjadi penonton yang baik di kehidupan sehari-hari, memberiakan contoh dan implementasi yang kita realisasikan dengan baik dan sederhana di setiap lapisan masyarakat, dan nantinya kita sendiri yang akan di jadikan contoh oleh lapisan masyarakat lain, yang senantiasa menjadi pelopor serta membina kehidupan bangsa, jadi intinya mari kita perjuangkan apa yang layak kita perjuangkan.
Lantas, Ada apa dengan paciran ?

            Pedesaan, cukup identik dengan hutan, rumah bilik bambu, jalanan tanah, serta keterbelakangan cita-cita bangsa. Dalam proses meraih cita-cita bangsa sudah tercantumkan jelas dalam butiran butiran pancasila, bahkan para pendiri bangsa ini, menempatkan kondisi desa sebagai unsur pemerintah garis terdepan, berusaha menjadikan desa sebagai pilar utama pembangunan bangsa, jadi logikanya, apabila semua desa di bumi Indonesia tercinta ini maju, mandiri, sejahtera dan demokratis maka terbentuklah negara kesatuan Indonesia yang besar, terhormat, bermartabat, cerdas dalam percaturan bangsa-bangsa di dunia. Lalu kenyataannya ? desa tetaplah desa, menempatkan desa sebagai pelengkap penderita yang tidak berdaya, segalanya di ketok palu dari atas, bahkan potensi desa cenderung menjadi upeti pada pemerintah di atasnya.
            Desa paciran, adalah salah satu desa berkembang yang ada di kabupaten lamonga, pariwisata, industrialisasi adalah gambaran sederhana bahwa paciran sudah mulai mentas dari sisi pengembangan potensi wilayah. Proses pengembangan tersebut sayangnya tidak di sambut dengan baik oleh masyarakat local, masyarakat cenderung cuek dan tidak mau tau akan hal tesebut, yang paling terpenting bagi masyarakat adalah bagaimana supaya mereka tetap bekerja, dan asap dapur tetap mengepul. Pariwisata dan industrialisasi memang bukan satu satunya permasalahan mencolok yang ada di paciran, masih banyak permasalahan permasalahan internal   yang bertahan dan baru bermunculan, misalnya, putra daerah berpemikiran kota, katakanlah mahasiswa, dengan mudahnya membawa budaya baru, gerakan baru, logika baru. Budaya latah, masyarakat kurang sabar dan kurang sadar, informasi gagal faham, gerakan pemuda yang tumpul, disorientasi, agama, fanatisme, pendidikan, dan yang terahir adalah maledaknya narkoba serta kemrosotan mora (dekadensi )di kalangan remaja.
            Berbagai bentuk macam permasalahan dan kesalahan ini tentunya perlu kita bedah dan kita kaji bersama, dengan pisau analisis yang tajam, kepekaan social, serta keterlibatan tokoh tokoh masyarakat yang ada, demi keberlangsungan kesejahteraan dan kemajuan bersama, secara kelas lapisan social masyarakat, organisasi, kepemudaan, dan generasi penerus bangsa. Dengan landasan teori dan study analisis yang ada, maka ijinkan penulis membedah satu persatu permasalahn di atas, tentunya di lengkapi juga dengan gambaran solusi serta perekomendasian ruang ruang gerakan pembaharuan.

           
 Ekuilibrium(keseimbangan) logika penerapan putra daerah dari kota.

            Banyak sudah kita menjumpai kasus yang sama terhadap perlakuan putra daerah yang menimbah ilmu di luar sana, kepulangannya menjemput gelar sanjana membuktikan bahwa pendidikan di paciran mulai berkembang, akan tetapi selalu saja ada etos yang berbeda di antar umat, ada yang merasa ini menjadi sebuah ancaman, ada juga mendapat keuntungan darinya. Mahasiswa sendiri adalah agen perubahan bagi kaum desa, walaupun konsep perubahan di mahasiswa sudah mulai rapuh, terlalu banyak lulusan SLTA di sini yang melanjutkan jenjang perkuliahan hanya karna prioritas pertemanan, serta ketertarikan setelah melihat kakak kakak seniornya yang sibuk berdrama di kampus negri, sekaligus penikmat dunia gemerlap hedonis, walaupun mereka memaksa orang tuanya untuk membiayai keseluruhan keinginan putra putrinya. Miris bukan ? ya ini lah potret generasi putra daerah kita yang berusaha berkembang tanpa logika daya saring yang kuat sesuai porsinya dengan mengedepankan kiblat yang salah.
a.       Orientasi gerakan yang salah, terlalu praktis dalam kemasan non higenis. Memberikan contoh budaya kota yang belum selayaknya di mix dengan budaya desa, akhirnya kecondongan budaya local terkikis, padahal pelestraian local  yang seharusnya di dapatkan di desa malah bergeser sebelum di gapai. Boleh lah kita belajar budaya kota tapi atas dasar sebagi sebuah informasi dan wacana baru saja supaya kita tidak buta arah, yang kita counter dengan baik dan benar supaya tidak salah tingkah. Ini lah yang di namakan budaya kota kepung desa.
b.      Bunga desa yang layu di kota, Terlalu polosnya generasi kaum perempuan kita, kemrosotan moral di kota yang menjanjikan kebahagiaan nyatanya dibalas dengan ketidak pastian masa depannya, dengan cantiknya memperkenalkan yang di kota tanpa melihat porsinya, pemaksaan.

Latah: Penyakit, Budaya, atau Kebiasaan ?

            Berbicara soal latah, yang di maksud latah dalam hal ini bukanlah latah penyakit ragawi, melainkan yang di maksud latah dalam study ini adalah suatu fenomena social. Budaya ikut-ikutan yang gagap, cepat merambat dan cekatan adalah fenomena social yang ada.
a.       Komunitas, suatu pengelompokan social satu tipikal masyarakat yang di satukan dalam suatu keorganisasian. Maraknya komunitas komunitas di masyarakat sudah sangat banyak, berkembang dan semakin berfariatif. Tidak bisa di pungkiri lagi, bahwa negara ini sudah mulai mengANOMALI, yang artinya semakin mengecil, dulunya adalah sebuah kerajaan, pengecilan wilayah menjadi negara, lambat laut mengecil menjadi sebuah komunitas yang akan di perjuangkannya, dan itulah yang kurang disadari oleh masyarakat luas, berbondong bondong membuat komunitas, entah antar kendaraan, game, hoby, penggemar dan lain sebagainya.
b.      Pekerjaan, duit adalah lumbung praktis menjadi sukses, tanpa berfikir panjang, orang desa yang pengen cepet kaya raya akan mensegerakan dirinya beranjak ke negri jiran, iya menjadi TKI/TKW adalah hal yang di anggap memperkuat perekonomian mereka, sebenarnya tidak ada salahnya juga, karna itu semua adalah jalan pilihan hidup masing masing orang, akan tetapi hal ini akan menjadi aneh jika semua ikut latah menjadi TKI/TKW, sedangkan masih banyak lumbung pekerjaan di rumah sendiri, banyak hal yang bisa di kerjakan. Kasus anak yang di tinggal orang tuanya kerja menjadi TKW/TKI sejak kecil, cenderung menjadi pribadi yang berorientasi kerja dan kerja, meniru orang tuanya, karna sepanjang jalan hidupnya si anak jarang sekali bersentuhan langsung dengan sikap orang tua, sikologis anak akan terganggu.
c.       Hiburan, pada dasarnya selera manusia itu bisa di arahkan, entah dalam perwujudan kebiasaan yang ada, ataupun kesaksian media. Ini lah budaya latah yang paling berbahaya, karna ketika selera di arahkan dengan tepat sasaran, maka yang terjadi adalah perubahan pola pikir dan penampilan sasaran tersebut, padahal yang di tampilkan di media adalah hal yang kita inginkan, bukan kita butuhkan. Anarkis, dekadensi, keras, liar, berontak, adalah salah satu arahan dunia media saat ini.




Informasi Gagal Faham

            Kita sekarang berada di dalam masa masyarkatan informasi, yang di mana segala sesuatu kebutuhan manusia di tetapkan oleh sebuah informasi, entah besar kecilnya, melihat sebuah jam dinding untuk memastikan jam berapa, ini merupakan sebuah informasi, sesederhana itu kan ? itu lah kenapa kita sekarang di sebut masyarakat informasi.
a.       Media, berkembangnya dunia teknologi, berkembang pula media, sebegitu banyak model perubahan media yang membuat kita kualahan mana yang akurat dan mana yang ceplas ceplos. Fenomena masyarakat paciran dalam mengakses informasi di dalam media massa cukup kurang tajam, media mainstream selalu mencari sasaran lapisan masyarakat desa, karna kurangnya ilmu pengetahuan yang wadai sehingga orang desa begitu mempercayai berita yang di tunggangi kepentingan di dalamnya, mempropa ganda isu dan informasi demi keberlangsungan sambung hidup media tersebut, ini yang mengakibatkan watak sok tau yang menyebar dari mulut ke mulut tanpa sumber jelas, yang akhirnya juga masyarakat desa menjadi bahan tertawaan orang kota atas pengetahuannya.
b.      Literasi, di desa paciran, budaya literasi sangat minim bahkan di bilang belum ada sama sekali, akibatnya masyarakat yang pingin tau sibuk mencari tau tanpa dampingan, tanpa sumber kejelasan. Literasi sendiri bermanfaat begitu besar bagi desa paciran jika di terapkan dan terfasilitasi, karna minat baca akan muncul ketika ada fasilitas mewadahi entah dalam bentuk perpustakaan, taman baca masyarakat atau ruang ruang diskusi kajian.
c.       Komunikasi desa, komunikasi adalah intraksi paling sederhana antar manusia, akan tetapi atasan desa kurang begitu mahir menyampaikan sebuah informasi yang menyeluruh kepada masyarakat desa, kecurigaan kolusi nepotisme sangatlah wajar jika di terus terukan dengan model komukiasi seperti ini.


Gerakan Pemuda Desa yang Tumpul.

            Tumpul dalam hal ini bukan berati kurang tajam, melainkan tidak mampu menerobos peminat. Mahasiswa, ormas, karang taruna, organisasi internal lembaga, begitu bagus program mereka, menonjolkan satu sisi tanpa sinergritas antar organisasi kepemudaan lainnya. Membesarkan organisasi dan membanggakan almamater adalah tugas seorang organisatoris, menjadi loyal dan professional, akan tetapi jika tidak di seimbangin dengan kegiatan kemasyarakatan yang bersifat netral maka sama saja, masyarakat paciran tidak membutuhkan organisasi kedaerahan, akan tetapi organisasi kedaerahan sangat membutuhkan warga paciran.
a.       Memandang satu golongan, hal semacam ini sudah sangat wajar, penyakit fanatik turun temurun di desa paciran, ini lah penyebab kurang sinerginya organisasi di desa paciran, padahal konsep organisasi, adalah bagaimana kita terus memajukan organisasi kita dengan bantuan organisasi lain, tanpa harus membunuh gerakan gerakan organisasi lain. Semua punya cita cita tersendiri dan proses belajar sendiri dalam setiap organisasi.
b.      Senioritas, senior atau atasan selalu  menjadi bahan ketakutan regenerasi anak muda sekarang, menjadi kendala dalam menjalankan setiap program, walaupun senior punya peran besar di kita, tanpa mereka apalah kita ini sebelum mengenal organisasi, akan tetapi, setiap perubahna jaman, setiap perubahan pengurus tentunya memiliki kendala dan poros serta dinamika yang berbeda beda, jika kita mengikuti logika senior secara terus menerus tanpa melihat kondisi yang ada, maka yang terjadi adalah gerakan yang stagnan, padahal organisasi yang baik adalah organisasi yang mampu mencetak regenerasi sebelumnya lebih baik dari saat ini, maka organisasi tersebut di anggap berhasil. Dan yang paling nyata terjadi sekarang adalah, semakin tua organisasi, semakin buruk regenerasi.
c.       Konflik internal, konflik internal dalam sebuah organisasi sudah mejadi kewajaran, semua meng-amini bahwa di setiap organisasi selalu ada kasus seperti ini. Politik pecah bambu, ini adalah istilah ilmu politik untuk memecah massa atau suara dalam sebuah organisasi, ini cukup membahayakan jika kita terseret arus nya.

Agama dan Masyarakat.

            Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1983). Sedangkan agama menurut KBBI adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada tuhan atau juga disebut dengan nama dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Sedangkan Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila,  “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Masyarakat di desa paciran mayoritas pemeluk agama islam, hampir 100%. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa desa paciran adalah wilayah pesantren, di karnakan banyaknya pesantren, pendidikan agama dan beberapa yayasan berbasis agama islam.
a.       Fanatisme, fanatik sendiri merupakan sebuah watak dari dalam diri manusia, bukan cenderung acuh tak acuh, melainkan sikap keegoisan dalam memegang teguh pendirian, padahal penyakit paling berbahaya dalam organisasi adalah fanatik. Di paciran ini, watah fanatik antar lembaga, organisasi, golongan masih sangat kental, entah dari mana akarnya, yang  jelas penyakit ini pasti berawal dari sebuah barisan sakit hati yang mengakar ke anak cucu, herannya lagi si anak cucu ini kenapa masih meneruskan fanatik tersebut ? ya itu kembali lagi ke permasalahan senioritas. Ini lah yang menyebabkan kurang berkembangnya jiwa social yang sinergi di desa paciran.
b.      Kegiatan keagamaan berorientasi saing, setiap agama memiliki ajaran,budaya,tradisi dan ritual yang berbeda beda, begitupun kegiatan keagamaan islam di desa paciran, tapi sayang di sayangkan, di desa ini kegiatan keagamaan biru dan hijau selalu mengalami pro dan konta tersendiri, bukan saling menghargai ataupun mendukung. Padahal keduanya berusaha berbuat baik dan menjalankan kebenarannya masing masing.
c.       Sistem perpolitikan, secara garis umum, politik sendiri merupakan strategi acau cara, dalam sebuah desa tentunya sistem politik juga ada, entah dari perangkat atasan sampai lapisan masyarakat terbawah. Desa paciran, mendapatkan kecacatan politik dalam sistem perebutan sampai pembagian porsi dalam sebuah struktur peranan di desa. Lagi lagi agama dan kaum fanatic yang menjadi sasaran untuk di jadikan mesin, bukan lagi persoalan beda agama, melainkan lembaga social se iman. Selalu ada kepentingan di balik kepentingan, entahlah.





Pendidikan Moral dirana siswa

            Mahalnya biaya pendidikan merupakan salah satu penyebab banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang tidak dapat menikmati pendidikan. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan Nasional, jumlah siswa SMP sederajat terdapat sekitar 12 juta siswa yang tidak bersekolah (Kompas, 09/09/2010). Jumlah tersebut masih jumlah siswa SMP, belum lagi terdata siswa SD, SMA dan Mahasiswa serta anak-anak yang tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Tentunya jika kita melihat data jumlahnya maka akan sangat memilukan. Masalah biaya pendidikan haruslah kita pandang dengan mata terbuka, tanpa menyembunyikan realitas yang terjadi. Masih segar dalam ingatan kita baru-baru ini, ada dua orang calon mahasiswa di negeri ini yang ingin melanjutkan pendidikannya di Universitas Jember, Jawa Timur. Namun karena tidak mampu membayar uang kuliah dan biaya uang pendaftaran kuliah mereka, maka sempat terkendala untuk melanjutkan pendidikannya, meskipun mereka diterima melalui jalur seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (Kompas, 4/08/2010).
            Sistem pendidikan di desa paciran masih mumpuni dalam rana akademis, sangat minim anak yang tidak bisa sekolah, dan itu menjadi keuntungan tersendiri ketika kita tinggal di desa paciran, akan tetapi peranan guru juga sangat penting dalam keberlangsungan proses belajar mereka, seperti pendidikan moral, pendalaman keagaaman, serta pemberian contoh baik yang tidak membebani. Melihat fenomena siswa siswi saat ini, banyak perilaku yang kurang mendidik, seperti bolos kelas diganti jam ngopi di warung, hal seperti ini sudah pasti pihak guru sudah tau, tapi masih saja di diamkan. Miris.


Maledaknya Narkoba dan Dekadensi di Kalangan Remaja.

            Dekadensi, adalah istilah dari kemrosotan moral, kita tau bahwa sasaran dunia gemerlap adalah kalangan remaja. Narkoba adalah salah satu sasaran paling mendasar setelah rokok. Entah sampai kapan paciran bebas dari pil koplo. Kemrosotan moral yang di alami remaja disini sudah mulai bermunculan dan semakin liar, bisa saja factor media, faktor lingkungan, bisa juga karna mereka tidak ada ruang lain yang mendukung kegiatan, sehingga lari ke dunia tersebut.
Aurah kekinian menggeser roh kebudayaan, ini juga salah satu perwujudan remaja di desa paciran, kekinian yang serasa di kerjakan akan menjadi manusia maju, sedangkan yang tradisi di hilangkan karna takut di tertawakan.
a.       Lingkungan, lingkuran adalah sarana social yang paling berpengaruh besar dalam kesan moral dan sikologis manusia, apapun yang di lakukan dan di tampilkan lingkungan sangatlah berpengaruh besar terhadap sebelahnya, begitupun pil koplo ini, remaja cenderung mengkonsumsi pil koplo ini karna atas dasar lingkungan juga, jadi peran pengawasan orang tua adalah hal terpenting dalam menghindari ini semua.
b.      Mudah di dapat, barang haram ini sangatlah muda di dapatkan, entah bagaimana awal muasalnya, hal semacam ini apakah pemerintah pusat tau ? hal semacam ini apakah pihak kepolisian yang katanya pelayan pelindung masyarakat tau ? ya jelas tau. Itulah kenapa pengguna pil koplo ini semakin menyebar dan semakin bertambah, karna pengawasan dan penegak hukup tidak berkutik.
            Dalam sebuah kehidupan masyarakat, tentunya semua akan menemukan gejolak gejolak social yang ada, entah factor dari luar maupun dalam. diantaranya sebagai berikut : Konflik (pertengkaran),  Pertengkaran terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar keluar rumah tangga. Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan lain sebagainaya. Kontroversi (pertentangan) Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic). Kompetisi (persiapan) Masyarakat Pedesaan adalah manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasa dan mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat tersebut, Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negative, memanfaatkan perbedaan sebagai salah satu sarana pembelajaran kita dalam kehidupan sehari-hari sebagai mahluk social.
            Di dalam konsep struktur sosial terkandung pengertian adanya hubungan-hubungan yang jelas dan teratur antara orang yang satu dengan yang lainnya, dengan interaksi social yang transparan,  untuk dapat membangun pola hubungan yang jelas dan teratur tersebut tentu ada semacam aturan main yang diakui dan dianut oleh pihak pihak yang terlibat. Aturan main tersebut adalah norma atau kaidah ini menjadi lebih konkret dan bersifat mengikat maka diperlukan lembaga (institusi). Struktur disini tidak hanya di artikan sebagai pejabat desa saja, melainkan lapisan masyarakat lain yang memiliki peranan di desa.
            Desa paciran sendiri sedang mengalami fenomena fenomena ekonomi, social, politik, hukum yang berkembang, bukan berarti perpecahan  melanda masyarakat desa, melainkan kematangan kita sedang di uji oleh kondisi abstrak. Persatuan dan kesatuan demi memberikan pengaruh baik terhadap lingkungan dan generasi mudah adalah tanggung jawab bersama, membuat wadah aspirasi yang baik serta mempertahan kan moral kaum bangsa yang berdaulat dalam konsep gotong royong, menjunjung persatuan, demi desa kita tercinta.”
Penulis hanya menyampaikan beberapa aspek yang terlihat sesuai dengan analisis dan landasan teori yang di pelajari, tentunya semua mengharapkan yang terbaik buat tanah kelahirannya, merusak dan memecah adalah cara iblis, kita adalah manusia terdidik, bermoral dan berpendidikan, maka bersatulah pemudaku, bersatu lawan rasa egois dan rangkul semua golangan demi desa kita tercinta. (Catatan Si Doel)
           
             




Comments

Popular posts from this blog

Makanan dan Minuman Desa Paciran Yang Terkenal

Makanan dan Minuman desa Paciran  Yang Terkenal - Paciran merupakan sebuah desa di kabupaten Lamongan di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara geografisnya Desa Paciran ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Panceng Gresik, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Solokuro dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Brondong, desa Paciran ini bisa di katakan sentra pariwisata dari kabupaten Lamongan, karena di daerah ini terdapat banyak objek pariwisata. Anda bisa lihat threadnya tentang objek pariwisata di daerah Lamongan   disini , sesuai dengan judul diatas thread ini membahas tentang Paciran Yang Terkenal dengan Makanan dan Minuman Khas Paciran. Mengenai makanan dan minuman khas yang ada di desa Paciran ini, yang sudah di kenal meluas di sepanjang daerah Pantura  adalah Legen, Enthal (siwalan), Dawet Enthal dan Jumbrek. Selain itu ada yang lebih khas yaitu Gulo Jowo Asli yang unsurnya terbua...

Cukup Mendapat Sinar Matahari

Hey... boleh minta waktunya, Bila tidak keberatan aku akan menuliskannya. Bila keberatan kau boleh ambil gerobak lalu coba kau dorong saja beban mu itu. Sudah baca saja dan lagi anda harus membacanya sendiri, membaca tulisan ini tidak boleh diwakilkan. Kali ini aku menulis tentang pembentukan dasar dasar kebahagiaan, dan itu dimulai dari membahas soal Cinta. Cinta tak lebih seperti sebatang Rokok, jika kau kata aku berlebihan perihal cinta, semua itu disebabkan karena cintalah yang membangun semuanya dari dasar. Sementara Rokok ia tidak berdaya manfaat jika tidak ada api, pertanyaannya, apa kau bisa merokok tanpa api?. lantas apa kau bisa mencintai jika tanpa api?. Rokok... mau merokok lagi, buang, buang saja, lagipula sumber api pusatnya nun jauh di negeri Api. Mungkin belum tuntas kau berjalan sampai di negeri Api, hayalanmu untuk menghisap rokok dengan syahdu nan nikmat tiada tara bisa jadi hanya tinggal hayalan, dan Rokok mu bisa jadi pula telah tinggal kenangan kisa...

Dilema Nelayan Tradisional

Dahulu nelayan rajungan di desa ku masih memakai jaring Brentek, jaring Brentek ini adalah jaring khusus untuk menangkap rajungan, meskipun khusus untuk menangkap rajungan sering kali ikan Pari, cumi-cumi, dan ikan lainnya juga ikut kena jaring Brentek ini, meskipun yang di harapkan mendapat Rajungan dan yang paling membahagiakan adalah ketika mendapatkan ikan mermang (Hiu) maklum saja harga sirip ikan hiu sangat mahal bisa sampai jutaan rupiah. Para nelayan akan berangkat siang hari untuk memasang jaring di tengah lautan, (ya iyalah masak masang jaring Brentek di depan gerbang asrama putri, iya kalau yang kecantol itu santriwati, lah kalau yang menyerang wak kaji bisa-bisa di sunat lagi sama wak kaji. subkhanawwoh! :-) ) jaring yang sudah di pasang di tengah lautan itu akan di tinggal untuk di tarik kembali keesokan harinya sudah barang tentu ada penanda pada jaring berupa bendera dari plastik kresek berwarna terang di ikatkan pada bambu dengan pelampung dan ada pemberat batu ...