Tidak akan ada yang namanya kota apabila
tidak ada desa. Apa yang terjadi pada masyarakat desa paciran saat ini ? apa
tugas, pokok, fungsi dan peranan kita terhadap desa ini ? tenang saja, ini
hanyalah obrolan warung kopi seperti biasa yang tidak akan berakhir di angan
dan mimpi saja. Saatnya berbenah diri, merangkul yang kedinginan, beranjak dari
yang kesepian.”
Kecamatan paciran,
merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten lamongan propinsi jawa
timur, kecamatan paciran ini berada di wilayah PANTURA(Pantai Utara), belahan
utara ibu kota kabupaten lamongan, dengan jarak -+ 43 km dari pusat kota.
Kecamatan paciran terdiri dari 16 desa 1 kelurahan, 34 dusun, 95 Rw, 379 Rt.
Luas wilayah paciran mencapai -+ 61,306 Km2 dan berada pada ketinggian -+ 2 M
di atas permukaan laut. -+ 43 km dari pusat kota, itulah mungkin kenapa desaku
ini kurang terjamah oleh pusat, bahkan ada beberapa selentingan ucapan yang
beredar di kuping masyarakat, paciran ini seakan di anak tirikan, atau bisa
saja paciran ini adalah desa yang tertukar ? bisa saja. setelah focus mewarnai dunia pariwisata,
sekarang pemerintah pusat sedang di sibukkan dengan program reboisasi industri,
bukan lagi reboisasi tanaman, kemungkinan bagi mereka program reboisasi tanaman
adalah hal yang sudah mainstream, jadi mereka memilih menanam tanaman mati.
Di dalam era modern yang penuh dengan
persaingan global, kini persaingan dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur
yang baik dan merata menjadi fokus utama di hampir semua negara. Hal ini penting
sebagai salah satu cara yang cukup efektif dalam menarik investor ke negara
mereka, di samping penataan birokrasi dan manajemen keuangan daerah. Indonesia
juga kini mulai giat gencar melakukan pembangunan infrastruktur yang tidak
sesuai dengan porsinya. Pemerindah juga memiliki wewenang dalam proses
pembangunan disertai pengawasan, dan yang kini menjadi sasaran hangat adalah
desa, Kenapa harus desa? Hal ini memang tidak lepas dengan logika sederhana
dalam kajian fakta bahwa desa seringkali tertinggal dalam berbagai aspek
pembangunan jika dibandingkan dengan kota
Membicarakan sistem
birokrasi di Indonesia, khususnya di lamongan, hanya akan buang buang waktu dan
tenaga saja, kita cukup menjadi penonton yang baik di kehidupan sehari-hari,
memberiakan contoh dan implementasi yang kita realisasikan dengan baik dan
sederhana di setiap lapisan masyarakat, dan nantinya kita sendiri yang akan di
jadikan contoh oleh lapisan masyarakat lain, yang senantiasa menjadi pelopor
serta membina kehidupan bangsa, jadi intinya mari kita perjuangkan apa yang
layak kita perjuangkan.
Lantas, Ada apa dengan paciran ?
Pedesaan, cukup
identik dengan hutan, rumah bilik bambu, jalanan tanah, serta keterbelakangan
cita-cita bangsa. Dalam proses meraih cita-cita bangsa sudah tercantumkan jelas
dalam butiran butiran pancasila, bahkan para pendiri bangsa ini, menempatkan
kondisi desa sebagai unsur pemerintah garis terdepan, berusaha menjadikan desa
sebagai pilar utama pembangunan bangsa, jadi logikanya, apabila semua desa di
bumi Indonesia tercinta ini maju, mandiri, sejahtera dan demokratis maka
terbentuklah negara kesatuan Indonesia yang besar, terhormat, bermartabat,
cerdas dalam percaturan bangsa-bangsa di dunia. Lalu kenyataannya ? desa
tetaplah desa, menempatkan desa sebagai pelengkap penderita yang tidak berdaya,
segalanya di ketok palu dari atas, bahkan potensi desa cenderung menjadi upeti
pada pemerintah di atasnya.
Desa paciran, adalah
salah satu desa berkembang yang ada di kabupaten lamonga, pariwisata,
industrialisasi adalah gambaran sederhana bahwa paciran sudah mulai mentas dari
sisi pengembangan potensi wilayah. Proses pengembangan tersebut sayangnya tidak
di sambut dengan baik oleh masyarakat local, masyarakat cenderung cuek dan
tidak mau tau akan hal tesebut, yang paling terpenting bagi masyarakat adalah
bagaimana supaya mereka tetap bekerja, dan asap dapur tetap mengepul. Pariwisata
dan industrialisasi memang bukan satu satunya permasalahan mencolok yang ada di
paciran, masih banyak permasalahan permasalahan internal yang bertahan dan baru bermunculan, misalnya,
putra
daerah berpemikiran kota, katakanlah mahasiswa, dengan mudahnya membawa
budaya baru, gerakan baru, logika baru. Budaya latah, masyarakat kurang sabar dan
kurang sadar, informasi gagal faham, gerakan pemuda yang tumpul, disorientasi, agama,
fanatisme, pendidikan, dan yang terahir adalah maledaknya narkoba serta
kemrosotan mora (dekadensi )di kalangan remaja.
Berbagai bentuk macam
permasalahan dan kesalahan ini tentunya perlu kita bedah dan kita kaji bersama,
dengan pisau analisis yang tajam, kepekaan social, serta keterlibatan tokoh
tokoh masyarakat yang ada, demi keberlangsungan kesejahteraan dan kemajuan
bersama, secara kelas lapisan social masyarakat, organisasi, kepemudaan, dan
generasi penerus bangsa. Dengan landasan teori dan study analisis yang ada,
maka ijinkan penulis membedah satu persatu permasalahn di atas, tentunya di
lengkapi juga dengan gambaran solusi serta perekomendasian ruang ruang gerakan
pembaharuan.
Ekuilibrium(keseimbangan) logika
penerapan putra daerah dari kota.
Banyak sudah kita
menjumpai kasus yang sama terhadap perlakuan putra daerah yang menimbah ilmu di
luar sana, kepulangannya menjemput gelar sanjana membuktikan bahwa pendidikan
di paciran mulai berkembang, akan tetapi selalu saja ada etos yang berbeda di
antar umat, ada yang merasa ini menjadi sebuah ancaman, ada juga mendapat
keuntungan darinya. Mahasiswa sendiri adalah agen perubahan bagi kaum desa,
walaupun konsep perubahan di mahasiswa sudah mulai rapuh, terlalu banyak
lulusan SLTA di sini yang melanjutkan jenjang perkuliahan hanya karna prioritas
pertemanan, serta ketertarikan setelah melihat kakak kakak seniornya yang sibuk
berdrama di kampus negri, sekaligus penikmat dunia gemerlap hedonis, walaupun
mereka memaksa orang tuanya untuk membiayai keseluruhan keinginan putra
putrinya. Miris bukan ? ya ini lah potret generasi putra daerah kita yang
berusaha berkembang tanpa logika daya saring yang kuat sesuai porsinya dengan
mengedepankan kiblat yang salah.
a.
Orientasi gerakan yang salah, terlalu praktis dalam kemasan non higenis.
Memberikan contoh budaya kota yang belum selayaknya di mix dengan budaya desa,
akhirnya kecondongan budaya local terkikis, padahal pelestraian local yang seharusnya di dapatkan di desa malah
bergeser sebelum di gapai. Boleh lah kita belajar budaya kota tapi atas dasar
sebagi sebuah informasi dan wacana baru saja supaya kita tidak buta arah, yang
kita counter dengan baik dan benar supaya tidak salah tingkah. Ini lah yang di
namakan budaya kota kepung desa.
b.
Bunga desa yang layu di kota, Terlalu polosnya generasi kaum perempuan
kita, kemrosotan moral di kota yang menjanjikan kebahagiaan nyatanya dibalas
dengan ketidak pastian masa depannya, dengan cantiknya memperkenalkan yang di
kota tanpa melihat porsinya, pemaksaan.
Latah: Penyakit, Budaya, atau
Kebiasaan ?
Berbicara soal latah,
yang di maksud latah dalam hal ini bukanlah latah penyakit ragawi, melainkan
yang di maksud latah dalam study ini adalah suatu fenomena social. Budaya
ikut-ikutan yang gagap, cepat merambat dan cekatan adalah fenomena social yang
ada.
a.
Komunitas, suatu pengelompokan social satu tipikal masyarakat yang di satukan
dalam suatu keorganisasian. Maraknya komunitas komunitas di masyarakat sudah
sangat banyak, berkembang dan semakin berfariatif. Tidak bisa di pungkiri lagi,
bahwa negara ini sudah mulai mengANOMALI, yang artinya semakin mengecil,
dulunya adalah sebuah kerajaan, pengecilan wilayah menjadi negara, lambat laut
mengecil menjadi sebuah komunitas yang akan di perjuangkannya, dan itulah yang
kurang disadari oleh masyarakat luas, berbondong bondong membuat komunitas,
entah antar kendaraan, game, hoby, penggemar dan lain sebagainya.
b.
Pekerjaan, duit adalah lumbung praktis menjadi sukses, tanpa berfikir panjang,
orang desa yang pengen cepet kaya raya akan mensegerakan dirinya beranjak ke
negri jiran, iya menjadi TKI/TKW adalah hal yang di anggap memperkuat
perekonomian mereka, sebenarnya tidak ada salahnya juga, karna itu semua adalah
jalan pilihan hidup masing masing orang, akan tetapi hal ini akan menjadi aneh
jika semua ikut latah menjadi TKI/TKW, sedangkan masih banyak lumbung pekerjaan
di rumah sendiri, banyak hal yang bisa di kerjakan. Kasus anak yang di tinggal
orang tuanya kerja menjadi TKW/TKI sejak kecil, cenderung menjadi pribadi yang
berorientasi kerja dan kerja, meniru orang tuanya, karna sepanjang jalan
hidupnya si anak jarang sekali bersentuhan langsung dengan sikap orang tua,
sikologis anak akan terganggu.
c.
Hiburan, pada dasarnya selera manusia
itu bisa di arahkan, entah
dalam perwujudan kebiasaan yang ada, ataupun kesaksian media. Ini lah budaya
latah yang paling berbahaya, karna ketika selera di arahkan dengan tepat
sasaran, maka yang terjadi adalah perubahan pola pikir dan penampilan sasaran
tersebut, padahal yang di tampilkan di media adalah hal yang kita inginkan,
bukan kita butuhkan. Anarkis, dekadensi, keras, liar, berontak, adalah salah
satu arahan dunia media saat ini.
Informasi Gagal Faham
Kita sekarang berada di dalam masa
masyarkatan informasi, yang di mana segala sesuatu kebutuhan manusia di
tetapkan oleh sebuah informasi, entah besar kecilnya, melihat sebuah jam
dinding untuk memastikan jam berapa, ini merupakan sebuah informasi, sesederhana
itu kan ? itu lah kenapa kita sekarang di sebut masyarakat informasi.
a.
Media, berkembangnya dunia teknologi, berkembang pula media, sebegitu banyak
model perubahan media yang membuat kita kualahan mana yang akurat dan mana yang
ceplas ceplos. Fenomena masyarakat paciran dalam mengakses informasi di dalam
media massa cukup kurang tajam, media mainstream selalu mencari sasaran lapisan
masyarakat desa, karna kurangnya ilmu pengetahuan yang wadai sehingga orang
desa begitu mempercayai berita yang di tunggangi kepentingan di dalamnya,
mempropa ganda isu dan informasi demi keberlangsungan sambung hidup media
tersebut, ini yang mengakibatkan watak sok tau yang menyebar dari mulut ke
mulut tanpa sumber jelas, yang akhirnya juga masyarakat desa menjadi bahan tertawaan
orang kota atas pengetahuannya.
b.
Literasi, di desa paciran, budaya literasi sangat minim bahkan di bilang belum
ada sama sekali, akibatnya masyarakat yang pingin tau sibuk mencari tau tanpa
dampingan, tanpa sumber kejelasan. Literasi sendiri bermanfaat begitu besar
bagi desa paciran jika di terapkan dan terfasilitasi, karna minat baca akan
muncul ketika ada fasilitas mewadahi entah dalam bentuk perpustakaan, taman
baca masyarakat atau ruang ruang diskusi kajian.
c.
Komunikasi desa, komunikasi adalah intraksi paling sederhana
antar manusia, akan tetapi atasan desa kurang begitu mahir menyampaikan sebuah
informasi yang menyeluruh kepada masyarakat desa, kecurigaan kolusi nepotisme
sangatlah wajar jika di terus terukan dengan model komukiasi seperti ini.
Gerakan Pemuda Desa yang Tumpul.
Tumpul dalam hal ini bukan berati
kurang tajam, melainkan tidak mampu menerobos peminat. Mahasiswa, ormas, karang
taruna, organisasi internal lembaga, begitu bagus program mereka, menonjolkan
satu sisi tanpa sinergritas antar organisasi kepemudaan lainnya. Membesarkan
organisasi dan membanggakan almamater adalah tugas seorang organisatoris,
menjadi loyal dan professional, akan tetapi jika tidak di seimbangin dengan
kegiatan kemasyarakatan yang bersifat netral maka sama saja, masyarakat paciran tidak membutuhkan
organisasi kedaerahan, akan tetapi organisasi kedaerahan sangat membutuhkan
warga paciran.
a.
Memandang satu golongan, hal semacam ini sudah sangat wajar,
penyakit fanatik turun temurun di desa paciran, ini lah penyebab kurang
sinerginya organisasi di desa paciran, padahal konsep organisasi, adalah
bagaimana kita terus memajukan organisasi kita dengan bantuan organisasi lain,
tanpa harus membunuh gerakan gerakan organisasi lain. Semua punya cita cita
tersendiri dan proses belajar sendiri dalam setiap organisasi.
b.
Senioritas, senior atau atasan selalu
menjadi bahan ketakutan regenerasi anak muda sekarang, menjadi kendala
dalam menjalankan setiap program, walaupun senior punya peran besar di kita,
tanpa mereka apalah kita ini sebelum mengenal organisasi, akan tetapi, setiap
perubahna jaman, setiap perubahan pengurus tentunya memiliki kendala dan poros
serta dinamika yang berbeda beda, jika kita mengikuti logika senior secara
terus menerus tanpa melihat kondisi yang ada, maka yang terjadi adalah gerakan
yang stagnan, padahal organisasi yang baik adalah organisasi yang mampu
mencetak regenerasi sebelumnya lebih baik dari saat ini, maka organisasi
tersebut di anggap berhasil. Dan yang paling nyata terjadi sekarang adalah, semakin tua organisasi, semakin buruk
regenerasi.
c.
Konflik internal, konflik internal dalam sebuah organisasi
sudah mejadi kewajaran, semua meng-amini bahwa di setiap organisasi selalu ada
kasus seperti ini. Politik pecah bambu, ini adalah istilah ilmu politik untuk
memecah massa atau suara dalam sebuah organisasi, ini cukup membahayakan jika
kita terseret arus nya.
Agama dan Masyarakat.
Masyarakat
adalah suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto,
1983). Sedangkan agama menurut KBBI adalah sistem atau prinsip kepercayaan
kepada tuhan atau juga disebut dengan nama dewa atau nama lainnya dengan ajaran
kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut.
Sedangkan Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Masyarakat di desa
paciran mayoritas pemeluk agama islam, hampir 100%. Bahkan banyak yang
berpendapat bahwa desa paciran adalah wilayah pesantren, di karnakan banyaknya
pesantren, pendidikan agama dan beberapa yayasan berbasis agama islam.
a.
Fanatisme,
fanatik sendiri merupakan sebuah watak dari dalam diri manusia, bukan cenderung
acuh tak acuh, melainkan sikap keegoisan dalam memegang teguh pendirian,
padahal penyakit paling berbahaya dalam organisasi adalah fanatik. Di paciran
ini, watah fanatik antar lembaga, organisasi, golongan masih sangat kental,
entah dari mana akarnya, yang jelas
penyakit ini pasti berawal dari sebuah barisan sakit hati yang mengakar ke anak
cucu, herannya lagi si anak cucu ini kenapa masih meneruskan fanatik tersebut ?
ya itu kembali lagi ke permasalahan senioritas. Ini lah yang menyebabkan kurang
berkembangnya jiwa social yang sinergi di desa paciran.
b.
Kegiatan
keagamaan berorientasi saing, setiap agama memiliki ajaran,budaya,tradisi
dan ritual yang berbeda beda, begitupun kegiatan keagamaan islam di desa
paciran, tapi sayang di sayangkan, di desa ini kegiatan keagamaan biru dan hijau selalu mengalami pro dan konta tersendiri, bukan saling
menghargai ataupun mendukung. Padahal keduanya berusaha berbuat baik dan
menjalankan kebenarannya masing masing.
c.
Sistem
perpolitikan, secara garis umum, politik sendiri merupakan strategi acau
cara, dalam sebuah desa tentunya sistem politik juga ada, entah dari perangkat
atasan sampai lapisan masyarakat terbawah. Desa paciran, mendapatkan kecacatan
politik dalam sistem perebutan sampai pembagian porsi dalam sebuah struktur
peranan di desa. Lagi lagi agama dan kaum fanatic yang menjadi sasaran untuk di
jadikan mesin, bukan lagi persoalan beda agama, melainkan lembaga social se
iman. Selalu ada kepentingan di balik
kepentingan, entahlah.
Pendidikan Moral dirana siswa
Mahalnya
biaya pendidikan merupakan salah satu penyebab banyaknya jumlah penduduk
Indonesia yang tidak dapat menikmati pendidikan. Berdasarkan data Kementrian
Pendidikan Nasional, jumlah siswa SMP sederajat terdapat sekitar 12 juta siswa
yang tidak bersekolah (Kompas, 09/09/2010). Jumlah tersebut masih jumlah siswa
SMP, belum lagi terdata siswa SD, SMA dan Mahasiswa serta anak-anak yang tidak
pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Tentunya jika kita melihat data jumlahnya
maka akan sangat memilukan. Masalah biaya pendidikan haruslah kita pandang
dengan mata terbuka, tanpa menyembunyikan realitas yang terjadi. Masih segar
dalam ingatan kita baru-baru ini, ada dua orang calon mahasiswa di negeri ini
yang ingin melanjutkan pendidikannya di Universitas Jember, Jawa Timur. Namun
karena tidak mampu membayar uang kuliah dan biaya uang pendaftaran kuliah
mereka, maka sempat terkendala untuk melanjutkan pendidikannya, meskipun mereka
diterima melalui jalur seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (Kompas,
4/08/2010).
Sistem
pendidikan di desa paciran masih mumpuni dalam rana akademis, sangat minim anak
yang tidak bisa sekolah, dan itu menjadi keuntungan tersendiri ketika kita
tinggal di desa paciran, akan tetapi peranan guru juga sangat penting dalam
keberlangsungan proses belajar mereka, seperti pendidikan moral, pendalaman
keagaaman, serta pemberian contoh baik yang tidak membebani. Melihat fenomena
siswa siswi saat ini, banyak perilaku yang kurang mendidik, seperti bolos kelas
diganti jam ngopi di warung, hal seperti ini sudah pasti pihak guru sudah tau,
tapi masih saja di diamkan. Miris.
Maledaknya Narkoba dan Dekadensi di
Kalangan Remaja.
Dekadensi, adalah
istilah dari kemrosotan moral, kita tau bahwa sasaran dunia gemerlap adalah
kalangan remaja. Narkoba adalah salah satu sasaran paling mendasar setelah
rokok. Entah sampai kapan paciran bebas dari pil koplo. Kemrosotan moral yang
di alami remaja disini sudah mulai bermunculan dan semakin liar, bisa saja
factor media, faktor lingkungan, bisa juga karna mereka tidak ada ruang lain
yang mendukung kegiatan, sehingga lari ke dunia tersebut.
Aurah kekinian menggeser roh
kebudayaan, ini juga salah
satu perwujudan remaja di desa paciran, kekinian yang serasa di kerjakan akan
menjadi manusia maju, sedangkan yang tradisi di hilangkan karna takut di
tertawakan.
a.
Lingkungan, lingkuran adalah sarana social yang paling berpengaruh besar dalam
kesan moral dan sikologis manusia, apapun yang di lakukan dan di tampilkan
lingkungan sangatlah berpengaruh besar terhadap sebelahnya, begitupun pil koplo
ini, remaja cenderung mengkonsumsi pil koplo ini karna atas dasar lingkungan
juga, jadi peran pengawasan orang tua adalah hal terpenting dalam menghindari
ini semua.
b.
Mudah di dapat, barang haram ini sangatlah muda di
dapatkan, entah bagaimana awal muasalnya, hal semacam ini apakah pemerintah
pusat tau ? hal semacam ini apakah pihak kepolisian yang katanya pelayan
pelindung masyarakat tau ? ya jelas tau. Itulah kenapa pengguna pil koplo ini semakin
menyebar dan semakin bertambah, karna pengawasan dan penegak hukup tidak
berkutik.
Dalam sebuah kehidupan
masyarakat, tentunya semua akan menemukan gejolak gejolak social yang ada,
entah factor dari luar maupun dalam. diantaranya sebagai berikut : Konflik (pertengkaran), Pertengkaran terjadi biasanya berkisar pada
masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar keluar rumah tangga. Sedang
sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan
gengsi, perkawinan, dan lain sebagainaya. Kontroversi (pertentangan)
Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan
(adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black
magic). Kompetisi (persiapan) Masyarakat Pedesaan adalah manusia yang mempunyai
sifat-sifat sebagai manusia biasa dan mempunyai saingan dengan manifestasi
sebagai sifat tersebut, Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif
dan bisa negative, memanfaatkan perbedaan sebagai salah satu sarana pembelajaran
kita dalam kehidupan sehari-hari sebagai mahluk social.
Di
dalam konsep struktur sosial terkandung pengertian adanya hubungan-hubungan
yang jelas dan teratur antara orang yang satu dengan yang lainnya, dengan
interaksi social yang transparan, untuk
dapat membangun pola hubungan yang jelas dan teratur tersebut tentu ada semacam
aturan main yang diakui dan dianut
oleh pihak pihak yang terlibat. Aturan main tersebut adalah norma atau kaidah
ini menjadi lebih konkret dan bersifat mengikat maka diperlukan lembaga
(institusi). Struktur disini tidak hanya di artikan sebagai pejabat desa saja,
melainkan lapisan masyarakat lain yang memiliki peranan di desa.
“Desa
paciran sendiri sedang mengalami fenomena fenomena ekonomi, social, politik,
hukum yang berkembang, bukan berarti perpecahan
melanda masyarakat desa, melainkan kematangan kita sedang di uji oleh
kondisi abstrak. Persatuan dan kesatuan demi memberikan pengaruh baik terhadap
lingkungan dan generasi mudah adalah tanggung jawab bersama, membuat wadah aspirasi
yang baik serta mempertahan kan moral kaum bangsa yang berdaulat dalam konsep
gotong royong, menjunjung persatuan, demi desa kita tercinta.”
Penulis hanya menyampaikan beberapa
aspek yang terlihat sesuai dengan analisis dan landasan teori yang di pelajari,
tentunya semua mengharapkan yang terbaik buat tanah kelahirannya, merusak dan
memecah adalah cara iblis, kita adalah manusia terdidik, bermoral dan
berpendidikan, maka bersatulah pemudaku, bersatu lawan rasa egois dan rangkul
semua golangan demi desa kita tercinta. (Catatan Si Doel)
Comments
Post a Comment