Skip to main content

Jalan Rasa

Amit, Lur. Awan iki hawane panas tang². Nek petok panganan iki rasane urep kojo kitiran, baper turut angin. Tik glendeng ngetan–ngulon–ngalor–ngidul, ora peduli manut arus banju segoro.
Sambel petis, dudo lodeh, iwak panggangan. Nurut terus, Luur.
                                                                         ***

        Jalan Rasa

Meluruskan apa yang sudah aku tulis di atas. Dulu semasa orde baru berjaya, jenis masakan seperti dalam gambar ini tidak begitu aku sukai.
Sebabnya sederhana. Aku penyuka masakan pedas, tapi bukan rasa pedas yang sukar dihilangkan. Sementara persekutuan rasa antara kuah lodeh dan ikan asap memicu rasa pedas yang jatuhnya lembut di lidah namun sungguh memilukan indra pengecap. Lidah bisa merasakan pedas hingga berjam-jam. Keparat pedasnya.
Dampak rasa yang sangat pedas tersebut menjadi penyemangat utama bagi lidahku di masa lalu untuk tidak menikmati masakan ini. Maklum kala itu aku masih gemes-gemesnya, lebih tepatnya bocah kecil yang menyebalkan.
Ketika bentuk tubuhku mulai beranjak remaja, sesekali memberanikan diri mencoba jenis masakan ini. (Merujuk dalam gambar).
Satu kali percobaan, dua kali percobaan masih belum mampu memikat gairah lidahku terhadap masakan dengan menu utama ikan asap dan sayur lodeh.
Barangkali jalan hidup memang sudah memutuskan. Bahwasanya lidahku tak berdaya dengan masakan yang satu ini.
Hari berganti, bulan berlalu pergi, tahun berubah. Setelah melewati proses percobaan yang terus menerus, aku mulai suka dengan jenis masakan ini.
Kini bila sudah lama tak jumpa dengan masakan yang satu ini, tumbuh rasa kangen, semenjak menyukai masakan ini, kangennya lidah teramat sukar untuk dibendung.
Minggu (30/09). Pagi yang cerah, udara segar. Memulai hari dengan menyantap sarapan yang indah.
Apakah kalian harus mengikuti jejakku pagi ini? Tentu saja tidak!
Ikan asap, sayur lodeh dan sambal petis hanyalah sekadar kesukaan lidah manusia. Ia bukan hukum kepuasan mutlak lidah manusia. Tiap orang dapat saja merasa tidak puas dengan menu makanan yang ada di meja dapur.

Setiap orang dapat menarasikan menu makanan favoritnya, tentu saja menurutnya lebih nikmat dan lezat. Cara terbaik untuk melakukan hal itu ialah dengan menuliskan status unggahan makanan seperti yang sudah aku lakukan.
Dalam kaidah makanan pedesaan, menerima bentuk makanan apa saja yang sudah disediakan oleh alam adalah bentuk syukur atas karunia kehidupan itu sendiri.
Bila ada salah-salah kata, mungkin aku khilaf. Ingatkan saja. Berdayakan urun daya.

Comments

Popular posts from this blog

Tersudut Dalam Ruang Yang Terang

Bila terang itu datang Terasa panas dan menyilaukan Meski sudah berusaha menghindar Cahayanya makin buas menerkam Melawannya jadi sia-sia Tersudut dalam ruang yang terang Menjadi kenyataan Meski cemberut dengan keadaan Kenapa hitam yang selalu hina Kenapa putih yang selalu mulia Apakah ini yang di sebut Pengalaman adalah guru yang paling bangsat

Kesaktian Desa || antara Aku & Desaku || Literasi

Mempertahankan kesaktian desa, Dengan membangun budaya literasi sebagai perwujudan Masyarakat yang berkarakter N asionalis, D emokratis dan A gamis. Oleh: M.Zamharil AR Sebagai putra daerah, tentunya membangun desa yang idaman sudah menjadi sebuah keharusan, akan tetapi membuat sebuah perubahan tidak hanya di cukupkan dengan niat dan logika saja, perlu strategi yang mapan serta keterlibatan masyarakat local beserta pemerintah desa tersebut. Desa sendiri merupakan salah satu bagian administratif yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan urusan terkait dengan pemerintahan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai sistem administrasi di bawah keluharan, peran p...

Dilema Nelayan Tradisional

Dahulu nelayan rajungan di desa ku masih memakai jaring Brentek, jaring Brentek ini adalah jaring khusus untuk menangkap rajungan, meskipun khusus untuk menangkap rajungan sering kali ikan Pari, cumi-cumi, dan ikan lainnya juga ikut kena jaring Brentek ini, meskipun yang di harapkan mendapat Rajungan dan yang paling membahagiakan adalah ketika mendapatkan ikan mermang (Hiu) maklum saja harga sirip ikan hiu sangat mahal bisa sampai jutaan rupiah. Para nelayan akan berangkat siang hari untuk memasang jaring di tengah lautan, (ya iyalah masak masang jaring Brentek di depan gerbang asrama putri, iya kalau yang kecantol itu santriwati, lah kalau yang menyerang wak kaji bisa-bisa di sunat lagi sama wak kaji. subkhanawwoh! :-) ) jaring yang sudah di pasang di tengah lautan itu akan di tinggal untuk di tarik kembali keesokan harinya sudah barang tentu ada penanda pada jaring berupa bendera dari plastik kresek berwarna terang di ikatkan pada bambu dengan pelampung dan ada pemberat batu ...